Yuk, Sontek Resep Sukses Berbisnis dari Bos Indofood!

Yuk, Sontek Resep Sukses Berbisnis dari Bos Indofood!

“Wah, bisnisnya sukses banget. Apa sih rahasinya?”

Mungkin sepenggal kalimat ini yang banyak terlintas di kepala setiap kali melihat kesuksesan sebuah usaha atau perusahaan. Tak terkecuali saat melihat moncernya bisnis dari Indofood Group, dengan salah satu produknya yang melegenda, ‘Indomie’.

Rasanya hampir semua orang tahu dengan mi instan satu ini, kan? Bahkan, saking populernya, hampir semua mi instan dengan bungkus berbeda-beda pun seolah bernama sama, yakni Indomie.

Terutama bagi pecinta mie instant , setiap pergi ke warung pasti selalu bilang,”Indomie satu, ya!”

Tapi tetap saja, meski sang penjual memberikan sebungkus mi instan bermerek lain pun juga diterima. Tak keberatan, bahkan tidak memedulikannya.

Orang di Balik Populernya Indomie

ce5cd43e 6e81 472d b8db b10ceaff9982

Franciscus (Franky) Welirang

Lalu, siapa sih sosok di balik ngehitsnya Indomie ini? Tak lain dan tak bukan, dia adalah Franciscus (Franky) Welirang.

Ia merupakan salah satu jajaran direktur di bisnis Salim Group, yakni Presiden Direktur PT Indofood Sukses Makmur, gurita bisnis milik mertuanya, Sudono Salim.

Sebagai orang penting yang mengembangkan nama besar produsen barang-barang konsumsi (consumer goods), Franky pun tak pelit berbagi kiat-kiat sukses dalam berbisnis.

Pria yang selalu tampak konsisten dengan rambut gondrongnya sebahu ini pun rela meluangkan waktunya untuk membuka rahasia suksesnya Indofood. Penasaran dengan tips-tips berbisnis dari bos Infood ini?

Simak resep sukses berbisnis ala Franky Welirang saat berbincang dengan Cermati.com , belum lama ini di Jakarta. Berikut petikan wawancaranya ( T =Tanya) & ( J =Jawab):

T: Prinsip apa yang Anda gunakan untuk membesarkan nama Indofood?

J: Prinsipnya adalah belajar terus. Jadi kita tidak pernah merasakan bahwa kita selalu terbaik. Itu nomor satu. Nomor dua adalah (selalu melihat apa yang ada) di luar.

Jadi, eksternal itu kan selalu ada yang baru. Jadi (kita) dalam hal itu dituntut selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru. Kita tidak boleh tidak ingin tahu. Itu prinsip dasar.

Sehingga dalam progres yang berjalan itu, kita terus coba memotivasi bawahan. Karena kita ingin bawahan kita itu bisa meningkat secara karier. Jadi kita tidak perlu mengkhawatirkan atas diri kita. Ya, kan karena diri kita sendiri akan berjalan sendiri.

Nah, tuntutan terhadap sesuatu atau keingintahuan dan lain sebagainya itu, tentunya kita harus bisa mencari sendiri. Ya, karena kan ingin. Jadi kemauan itu harus kuat terhadap hal baru.

T: Hal baru di luar sana yang dilihat dalam hal apa?

J: Kalau kita melihat hari ini, ada satu proses perubahan. Nah, kita harus mengerti dari era satu ke era yang satunya. Umpanya (perbedaan kondisi) 17 tahun yang lalu (dengan sekarang). Saya praktis sudah 37 tahun ya dalam aktivitas ini.

Dalam proses itu ada satu era yang tua, terus dialihkan ke yang muda. Tata cara pemikiran yang muda tentu berbeda. Kalau hari ini saya dilihat begini, dari misalnya ’98 sampai 2018 itu sudah hampir 20 tahun, tentu orang yang saya kenal atau partner dalam usaha yang kita temui juga sudah tua kan?

Tapi tentunya dia ada regenerasi yang berjalan. Mengenal regenerasi itu sangat penting. Sehingga kita juga ingin berkenalan banyak dengan yang muda-muda. (Cari) Masukan. Kita belajar dari yang muda.

Walaupun kita memiliki pengalaman, tetapi tata cara yang muda dengan pengalaman yang kita alami akan berbeda. Dan itu (disebut) belajar, kan?

Saya kira apa yang menjadi tantangan ke depan, (bisa melihat) apa saja sih (yang ada) di depan? Dan (kalau dilihat sekarang) sudah digital.

Nah, digital itu akan membawa dampak. Dampak di bidang usaha, dampak di bidang manajemen, dampak di bidang semua tata cara. Artinya, ada suatu proses perubahan, baik di kita, ke dalam maupun yang ada di luar.

Kalau kita tidak bisa mengikuti, pra kondisi itu, dan kita terus bermimpi masa era kita, jadi zombi, kan?

T: Perbedaan seperti apa yang di luar sana terlihat signifikan dan jadi perhatian?

J: Kalau di era saya, pada saat itu yang muda mungkin masih penurut. Di era hari ini, Anda harus bisa berkomunikasi. Karena dia ingin tahu, “mengapa?” Dan Anda harus bisa memberikan jawaban mengapanya.

Kalau Anda tidak bisa memberikan (jawaban) -kalau dahulu (mungkin dibilang) “Ah, bawel kamu, enggak usah banyak tanya, kerjakan!” Nah, lain kan? (Generasi muda) Sekarang enggak mau dia (diperlakukan seperti itu).

Jadi, (kebutuhan generasi muda sekarang berbeda) itu pasti. Dan wawasannya jauh lebih luas pada saat dia muda (saat ini) dibanding waktu (muda) kita. Karena kenapa? Karena sudah era digital.

T: Pernah mengalami masa sulit? Bagaimana cara menghadapinya?

J: Oh, Anda akan selalu menghadapi hal-hal (yang disebut) kesulitan. Pasti itu. Namun dalam kesulitan itu dibutuhkan ketenangan. Jadi ketenangan untuk selalu membiasakan diri (untuk mencari) “apa jalan keluarnya”. Karena banyak tata cara-tata cara yang (bisa digunakan) untuk menyelesaikan apa yang kita hadapi dalam kesulitan.

T: Bagaimana menyikapi pergerakan perekonomian yang naik-turun, setidaknya dalam 2 dekade terakhir?

J: (Zaman) Dulu (perekonomian) juga naik turun. Bedanya dulu dan sekarang, kalau dulu tidak terlihat. Hari ini (semua informasi tersebar) lebih cepat, karena digital. Kalau dulu tidak ada digital, jadi kita tidak tahu naik turunnya (kondisi perekonomian). Lebih lamban.

Nah, (karena digital) akibatnya kondisi (pergerakan perekonomian) itu makin cepat (terlihat). Nah, kecepatan itu akan mengolah tata cara kita berpikirjuga, harus bisa membaca lebih cepat juga.

T: Seperti apa prospek bisnis produk konsumsi ke depan?

J: Tetap baik ya (prospek) consumer goods. Namun bagaimana consumer goods yang dulu bisa mengalihkan kepada mengkomunikasikan (pada konsumen era sekarang), ya. Bagaimana dengan masyarakat muda yang ada hari ini.

Tentu tata cara penyampaiannya berbeda. Harus mengerti konsumen masa depan itu bagaimana? Apa yang diinginkan? Apa yang diharapkan. Kalau kita tidak bisa menyesuaikan hal itu, kita akan bermasalah (dalam mengembangkan bisnis).

T: Tips-tips atau nasihat buat orang yang ingin terjun ke dunia bisnis apa?

J: Konsisten saja, dan yakini di bidang yang Anda inginkan. Dan harus bisa menghadapi tantangan. Kegagalan itu normatif dalam hidup. Ada gagalnya, tapi jangan mengulang.

Harus percaya (dengan apa yang dilakukan). Intinya harus memiliki kepercayaan. Apakah itu punya kemampuan (dalam bisnis yang digeluti/dipilih)? Apakah (bisnis) itu menjadi bagian daripada hobi, tapi harus menyenangi bidang itu. Kalau tidak menyenangi, itu memaksakan diri.

T: Kiat sukses berbisnis lainnya? Apakah harus selalu bangun pagi?

J: Ya, itu masalah disiplin. Bagaimana mendisiplinkan diri. Disiplin sangat penting.

T: Idola atau sosok yang menginspirasi Anda? Atau buku-buku yang yang jadi bacaan favorit?

J: Saya senang membaca (buku) autobiografi orang. Jadi autobiografi itu merupakan sesuatu untuk pengetahuan.

T: Makanan favorit apa? Dan Anda menghabiskan waktu luang untuk apa? Apakah jalan-jalan ke mana?

J: Enggak ada (makanan) yang spesifik (jadi favorit). Saya makan apa saja. Kalau waktu luang ya ketemu orang, ngobrol, di mana saja.

Segera Mulai Keinginan Berbisnis, Tiru Cara Pengusaha Sukses

Demikian resep sukses salah satu pengusaha sukses yang berhasil membesarkan nama Indofood. Kini giliran Anda yang unjuk kebolehan untuk mewujudkan mimpi jadi pengusaha sukses. Bekali diri dengan keterampilan dan pengetahuan dalam berbisnis, belajar dari orang-orang sukses, segera eksekusi niat Anda menjadi pebisnis . Terus semangat, pantang menyerah, raihlah sukses!

LIHAT ARTIKEL ASLIBaca di App KurioBACA SELENGKAPNYABaca di App Kurio